Media memainkan peran sentral dalam membentuk bagaimana publik memahami dan mempersepsikan kejahatan. Baik melalui berita faktual maupun representasi fiksi dalam hiburan, media memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi pandangan masyarakat tentang prevalensi kejahatan, jenis kejahatan yang dianggap paling mengancam, karakteristik pelaku dan korban, serta efektivitas sistem peradilan pidana. Memahami bagaimana media menjalankan peran ini sangat penting untuk menganalisis opini publik dan mendorong pelaporan kejahatan yang lebih akurat dan bertanggung jawab.
Salah satu cara utama media membentuk persepsi publik adalah melalui agenda setting. Media memiliki kekuatan untuk menentukan isu-isu mana yang dianggap penting dan layak diberitakan secara luas. Ketika kejahatan tertentu, seperti kejahatan dengan kekerasan atau kejahatan siber, mendapat liputan yang intens, publik cenderung menganggap isu tersebut sebagai masalah yang lebih mendesak dan umum terjadi, meskipun statistik mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan hal tersebut. Pemilihan dan penekanan pada jenis kejahatan tertentu oleh media secara tidak langsung membentuk prioritas dan kekhawatiran masyarakat.
Selain itu, framing atau pembingkaian berita juga memainkan peran krusial. Cara media menyajikan sebuah peristiwa kejahatan, termasuk pemilihan bahasa, gambar, dan narasinya, dapat secara signifikan mempengaruhi bagaimana publik menginterpretasikannya. Misalnya, berita yang fokus pada latar belakang sosial ekonomi pelaku dapat memicu simpati atau pemahaman tertentu, sementara berita yang menekankan pada kebrutalan tindakan dapat menimbulkan kemarahan dan tuntutan hukuman yang lebih berat. Pembingkaian yang berbeda dapat menghasilkan persepsi publik yang sangat beragam terhadap kejahatan yang sama.
Representasi kejahatan dalam film, serial televisi, dan video game juga berkontribusi pada persepsi publik. Meskipun bersifat fiksi, media hiburan seringkali membentuk stereotip tentang pelaku dan korban, serta menyajikan gambaran yang dramatis dan terkadang tidak realistis tentang kejahatan dan penegakan hukum. Konsumsi media hiburan yang berlebihan dapat mempengaruhi pandangan masyarakat tentang risiko kejahatan, efektivitas polisi, dan kompleksitas sistem peradilan.
Media juga dapat mempengaruhi persepsi publik melalui pemilihan korban dan pelaku yang diberitakan. Kasus-kasus kejahatan yang melibatkan korban yang dianggap “ideal” atau pelaku yang menonjol seringkali mendapat liputan yang lebih luas, sementara kasus-kasus lain mungkin terabaikan. Hal ini dapat menciptakan persepsi yang bias tentang siapa yang paling rentan menjadi korban dan siapa yang paling mungkin menjadi pelaku.