Di era informasi serba cepat, peran Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) telah meluas jauh melampaui penegakan hukum. Kapolres kini harus bertindak sebagai Manajer Komunikasi yang handal, terutama dalam mengelola opini publik dan melawan penyebaran hoax lokal. Kemampuan untuk membangun narasi yang akurat, transparan, dan terpercaya sangat krusial untuk menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) di wilayahnya.
Transparansi adalah fondasi utama dari strategi komunikasi yang efektif. Kapolres harus memastikan bahwa setiap informasi mengenai kasus penting disampaikan secara cepat dan jelas kepada media dan masyarakat. Keterbukaan ini mencegah spekulasi dan rumor yang bisa berkembang menjadi hoax. Sebagai Manajer Komunikasi, ketepatan waktu dalam memberikan klarifikasi sangat menentukan kredibilitas institusi.
Salah satu tantangan terbesar bagi Kapolres adalah melawan hoax yang beredar di media sosial. Hoax lokal, terutama yang menyangkut isu SARA atau kriminalitas, dapat memicu keresahan dan konflik horizontal. Strategi yang dilakukan adalah dengan membentuk tim khusus yang aktif memantau, mendeteksi, dan menindaklanjuti penyebar hoax sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat.
Kapolres harus membangun hubungan yang kuat dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemimpin redaksi media lokal. Kemitraan ini memastikan bahwa pesan-pesan resmi kepolisian didistribusikan secara efektif melalui saluran-saluran yang dipercaya. Jejaring yang kuat adalah alat penting bagi seorang Manajer Komunikasi untuk menyatukan persepsi.
Sebagai Manajer Komunikasi, Kapolres dituntut untuk selalu mengedepankan komunikasi yang empatik. Dalam menyampaikan hasil penindakan atau situasi darurat, penggunaan bahasa yang santun dan menunjukkan kepedulian terhadap korban atau masyarakat sangat diperlukan. Pendekatan humanis ini akan meningkatkan penerimaan publik terhadap kebijakan dan tindakan kepolisian.
Penggunaan platform digital yang optimal juga menjadi keharusan. Akun-akun media sosial resmi Polres harus aktif, interaktif, dan menyediakan informasi yang mudah diakses. Kapolres dapat memanfaatkan media sosial untuk melakukan sesi tanya jawab atau siaran langsung, menunjukkan wajah Polri yang terbuka dan modern, serta cepat merespons pertanyaan warga.
Mengelola krisis komunikasi adalah ujian sesungguhnya bagi seorang Kapolres. Dalam situasi genting, pesan yang disampaikan harus tunggal, tegas, dan menenangkan. Kapolres harus menjadi sumber informasi utama yang tidak terbantahkan, memimpin konferensi pers, dan mengambil alih narasi agar hoax atau informasi yang salah tidak mendominasi ruang publik.
